Barang yang selama ini dibuat Huda berupa pisau. Namun, karyanya bukan sekedar pisau biasa yang sering dipakai di dapur. Tetapi pisau berpamor atau memiliki motif seperti sebuah ukiran. Seperti yang biasa terdapat pada sebilah keris pusaka.
”Kalau keris berpamor mungkin sudah biasa. Tetapi, kalau pisau berpamor barangkali belum banyak yang tahu,” kata Huda.
Pisau berpamor bikinan Huda sudah pasti tidak dijual di pasar-pasar. Tetapi, memang dipasarkan secara khusus lewat online. Pisau bikinan Huda saat ini sudah dikenal di kalangan komunitas pecinta pisau yang tergabung dalam wadah Indonesian Blade.
Selain itu, putra pasangan Wargono (66) dan Hindarmi (56) tersebut juga sudah punya beberapa pelanggan tetap dari luar Jawa. Seperti Kalimantan, Sumatera, Lombok, dan Bali.
Tidak hanya itu, orang dari luar negeri juga sudah banyak pula yang tertarik dengan pisau buatan Huda. Bahkan, mereka berani membeli dengan harga jauh lebih tinggi dari yang dipasarkan selama ini, hingga lima kali lipat.
Alasanya, pisau yang dibuatnya berbeda dari pisau-pisau yang ada. Terutama tekstur ukiran yang unik yang melekat pada benda pusaka diadopsi di dalam pisau sehingga membuat pisau semakin cantik.
”Pencinta pisau Amerika, Perancis, Malaysia, dan Filipina banyak yang pingin beli pisau berpamor ini. Mereka berani membeli antara Rp 5 juta sampai 10 juta untuk satu buah pisau. Tapi, belum bisa saya layani,” katanya.
Ketidakberanian Huda ini bukan tanpa dasar. Ketidaktahuan prosedur dan kategori benda yang dibuatnya jadi alasan utama. Ia khawatir pisau buatannya tidak lolos imigrasi dan termasuk benda senjata tajam yang membahayakan orang lain.
Sejauh ini, pihaknya selalu buntu untuk meminta informasi. Apalagi, sesama pandai besi yang ada di Grobogan juga tak memiliki pengalaman mengirim pisau buatannya ke luar negeri. Sementara selama berselancar di media online, informasi tersebut sangat kecil. Praktis ia khawatir pengirimannya terganjal aturan dan membuatnya merugi.
Padahal, sejauh ini, pisau buatannya seakan dipuja di luar negeri, terutama di pasar Amerika dan Eropa. Buktinya, ia sudah menolak ratusan pembeli yang berasal dari dua benua tersebut.
”Ya, mau gimana lagi. Agak repot kalau ngirim barang seperti ini ke luar negeri,” katanya.
Di sisi lain, pisau bikinan pria yang di dunia maya beken dengan nama Huda Pranava itu harganya bervariasi. Mulai dari Rp 500 ribu sampai Rp 2 juta per biji. Harga itu ditentukan berdasarkan ukuran, model dan tingkat kesulitan pembuatan pamornya.
Sampai saat ini, bapak satu anak itu sudah membikin beberapa model pisau. Misalnya, pisau untuk berburu, golok, pisau kecil atau pukau, dan pisau untuk keperluan olahraga.
Semua barang yang dibuat Huda memiliki pamor. Jenis pamornya ada beberapa macam. Antara lain, ngelar kupu, ngulit semangka, ondo miring, ondo rante, dan udan mas.
Untuk membikin pisau berpamor tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Sedikitnya, butuh waktu satu minggu. Bahkan, untuk pisau yang unik bisa sampai satu bulan proses pembuatannya.
“Bikin pisau dapur, sehari bisa dapat banyak. Kalau pisau pamor kayak gini gak bisa cepat-cepat,” kata lulusan SMA Pancasila Purwodadi itu.
Pembuatan pisau berpamor yang dilakukan Huda baru dimulai tahun 2014. Sampai saat ini, sudah sekitar 200 pisau yang dibikin dan sebagian besar sudah terjual.
======
Mohon share dgn hastag:
#BanserBerduka
#AnsorBerduka
#BanserBerduka
Sumber : Koran Muria
KOMENTAR