Ihyauddin Direktur LPK Ashabi milik GP Ansor berbicara saat kordinasi tim pemberantasan karaoke |
Menjawab persoalan tersebut, dalam rapat pengurus Ansor Demak yang terdiri dari tim 9, kordinator bidang dan ketua anak cabang dari 14 kecamatan tadi malam (5/2), muncul gagasan bahwa mantan pemandu karaoke bisa dibina dan ditraining untuk program magang ke Jepang sesuai program yang dimilik GP Ansor. Mendengar usulan tersebut kordinator Bidang Ketenagakerjaan GP Ansor Demak sekaligus direktur LPK Ashabi, Ihyauddin siap membina eks PK dengan program LPK Ashabi magang ke Jepang.
"Kami siap melatih mereka untuk kita ikutkan dalam program magang ke Jepang yang diselenggarakan LPK Ashabi milik GP Ansor yang sudah kerja sama dengan Kementrian Tenaga Kerja. Mudah-mudahan ini membantu dan meringankan tugas pemerintah untuk mencari solusi bagi masalah yang diprediksi akan muncul sebagai dampak ditutupnya usaha karaoke" kata Ihyauddin Anggota Banser yang dikenal pernah ikut aktif membongkar prostitusi terselubung di Kecamatan Mijen.
Sementara itu, Muhammad ketua tim Densus Pemberantasan Karaoke (Denraka) mengatakan bahwa, alasan menutup karaoke akan mengakibatkan pekerjanya menganggur, itu adalah logica falacy atau sesat pikir. Masyarakat sengaja ditakut-takuti akan hilangnya mata pencaharian bagi para pekerja karaoke.
Alasan tersebut sebenarnya bisa ditepis dan terbantahkan, di Demak ada yang namanya Balai Latihan Kerja dan ada anggarannya, ada dinas - dinas yang memiliki anggaran untuk program pengentasan kemiskinan. Semua itu bisa difokuskan untuk memberi pelatihan dan bimbingan bagi eks pemandu karaoke.
"Di Demak sudah ada semuanya, seperti BLK dan dinas-dinas yang memang memiliki tanggung jawab untuk mengatasi problem dari penutupan usaha karaoke, tinggal digerakkan dan dikordinasikan. Oleh karena itu saya meminta para pengurus Ansor terutama kordinator bidang bergerak bersama-sama pro aktif ke semua dinas sesuai bidang masing-masing" Tegas Muhammad di hadapan anggota tim yang hadir.
KOMENTAR